Dongeng Anak Sebelum Tidur yang Mendidik

Dongeng Anak Sebelum Tidur yang Mendidik

Mendongeng merupakan salah satu kegiatan yang bisa membangun kedekatan orang tua dan anak lho, Bunda. Menurut Sarah McGeown, dosen psikologi pertumbuhan di Universitas Edinburgh, membaca buku cerita dan bercerita dengan anak merupakan kegiatan bonding yang menyenangkan.

Dengan membacakan dongeng untuk anak, tidak cuma sekadar menghibur, tetapi terhitung menambah wawasan sekaligus menanamkan nilai-nilai moral pada diri mereka. Pendongeng Agus DS atau biasa disapa Kak Agus dalam bukunya berjudul Tips Jitu Mendongeng (2009) mengatakan, "Mendongeng adalah salah satu langkah untuk menanamkan nilai luhur pada anak serta salah satu langkah untuk studi berbahasa, bernalar, dan berekspresi."

Sementara itu, tersedia lebih dari satu dongeng yang terlampau bagus untuk mendidik anak. Dikutip dari beraneka sumber, tersebut dongeng anak yang sesuai dibacakan sebelum tidur.

Burung Bangau yang Angkuh

Seekor bangau berlangsung dengan langkah yang anggun di selama sebuah sungai kecil, matanya menatap air sungai yang jernih, leher dan paruhnya yang panjang siap untuk menangkap mangsa di air sebagai sarapan paginya. Saat itu, sungai dipenuhi dengan ikan-ikan yang berenang, tetapi sang Bangau menjadi sedikit angkuh di pagi hari itu.

"Saya tak sudi makan ikan-ikan yang kecil," katanya kepada diri sendiri. "Ikan yang kecil tidak pantas dimakan oleh bangau yang anggun seperti saya."

Sekarang, seekor ikan yang sedikit lebih besar dari ikan lain, melalui di dekatnya.

"Tidak," kata sang Bangau. "Saya tidak dapat merepotkan diri saya untuk mengakses paruh dan memakan ikan sebesar itu!"

Saat matahari menjadi meninggi, ikan-ikan yang berada pada air yang dangkal dekat pinggiran sungai, kelanjutannya berenang ganti ke sedang sungai yang lebih dalam dan dingin. Sang Bangau yang tidak melihat ikan lagi, terpaksa wajib bahagia dengan memakan siput kecil di pinggiran sungai.

Cerita ini mengajarkan anak untuk tidak bersikap angkuh, Bunda. Karena pembawaan ini cuma dapat merugikan, baik orang lain maupun pada diri sendiri.

Baca Juga :

10 Film Kartun Terbaik untuk Anak yang Mendidik

Kancil dan Buaya

Suatu hari, tersedia seekor kancil yang sedang berjalan-jalan di dalam hutan untuk melacak makanan. Karena makanan di kira-kira kediamannya udah berkurang, Sang Kancil pun pergi untuk melacak di luar kawasannya. Di sedang jalan, ia wajib menyeberang sungai yang dihuni banyak sekali buaya besar yang terlampau lapar. Kancil pun berpikir sejenak, lantas ia mendekat ke tepi sungai.

"Hai buaya, apakah kau udah makan siang?" bertanya kancil dengan nada yang dikeraskan.

Tak lama kemudian, munculah seekor buaya dari permukaan air, "Siapa yang berteriak siang-siang begini? Mengganggu tidur saja."

"Hai kancil, diam kau! Kalau tidak, saya makan nanti kamu," timpal buaya yang lain.

"Aku mampir ke sini untuk memberikan pesan dari raja hutan, jadi janganlah kau makan saya dulu," jawab kancil.

"Ada apa sebenarnya kancil, ayo cepat katakan," kata buaya.

"Baiklah. Raja hutan memintaku untuk menghitung jumlah buaya yang tersedia di sini. Raja hutan hendak beri tambahan hadiah untuk kalian," ujar kancil.

"Jadi sekarang, panggil semua temanmu," lanjutnya.

Mendengar hal itu, buaya terlampau bahagia dan langsung memanggil semua kawannya untuk berbaris berjajar di permukaan sungai. Namun, mereka semua ternyata cuma diperdaya oleh si kancil.

Dengan cerdik, si kancil langsung pergi setelah menghitung buaya terakhir di ujung sungai dan lolos dari cengkraman buaya yang lapar.

Kisah kancil dan buaya mengajarkan bahwa kecerdikan bisa mengalahkan kekuatan. Meskipun berada di situasi sesulit apapun. Meski begitu, berbohong terhitung tidak patut dibenarkan ya, Bunda.

Aji Saka

Pada dahulu kala, tersedia sebuah kerajaan bernama Medang Kamulan yang diperintah oleh raja bernama Prabu Dewata Cangkar yang buas dan bahagia makan manusia. Setiap hari sang raja memakan seorang manusia yang dibawa oleh Patih Jugul Muda. Sebagian kecil dari rakyat yang resah dan kegalauan mengungsi secara diam-diam ke area lain.

Di dusun Medang Kawit hidup lah pemuda yang bernama Aji Saka yang sakti, rajin dan baik hati. Suatu hari, Aji Saka berhasil menunjang seorang ayah tua yang sedang dipukuli oleh dua orang penyamun. Bapak tua yang kelanjutannya diangkat jadi ayah oleh Aji Saka itu ternyata pengungsi dari Medang Kamulan.

Mendengar cerita normalitas Prabu Dewata Cangkar, Aji Saka punya niat menunjang rakyat Medang Kamulan.

Singkat cerita, Aji Saka tiba di Medang Kamulan yang sepi. Sementara di Istana Prabu Dewata Cangkar sedang murka karena Patih Jugul Muda tidak membawa korban untuk sang prabu.

Dengan berani, Aji Saka menghadap Prabu Dewata Cangkar dan menyerahkan diri untuk disantap oleh sang Prabu dengan imbalan Tanah seluas serban yang digunakannya.

Saat mereka sedang mengukur tanah sesuai permintaan Aji Saka, serban tetap memanjang sehingga luasnya melebihi luas kerajaan Prabu Dewata Cangkar. Prabu marah setelah tahu niat Aji Saka sesungguhnya. Namun, dengan sigap Aji Saka melilit kuat tubuh sang prabu yang lantas dilempar ke laut hingga hilang ditelan ombak.

Aji Saka lantas dinobatkan jadi raja Medang Kamulan serta memboyong ayahnya ke Istana. Berkat pemerintahannya yang adil dan bijaksana, Aji Saka mengantarkan kerajaan ke zaman keemasan.

Cerita ini mengajarkan untuk mobilisasi amanat hendaklah dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Sebab, orang yang memegang dan mobilisasi amanat dengan baik dapat mendapatkan kehormatan di lantas hari.

Malin Kundang

batu malin kundangBatu malin kundang/ Foto: I Gede Leo Agustina/ d'Traveler

Pada dahulu kala, hiduplah seorang perempuan miskin dengan anak tunggalnya, bernama Malin Kundang. Sehari-hari perempuan itu bekerja sebagai nelayan. Namun, penghasilannya tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga mereka hidup berkekurangan.

Saat Malin Kundang beranjak dewasa, dia memastikan untuk merantau ke kota untuk mengadu nasib di sana. Meskipun berat hati, ibunya pun mengizinkan Malin untuk merantau.

Beberapa tahun kemudian, Malin berhasil merubah nasibnya. Dia udah jadi saudagar yang kaya raya serta terhitung mempersunting seorang perempuan bangsawan yang terlampau cantik.

Suatu hari Malin mengidamkan melihat situasi desanya yang udah lama ditinggali selama bertahun-tahun. Dia mampir membawa banyak duit untuk dibagi-bagikan kepada para penduduk.

Penduduk di desanya terlampau senang. Di antara mereka tersedia yang mengenali Malin, yakni tetangganya sendiri. Orang itu pun langsung pergi serta hendak beri tambahan kabar gembira tersebut kepada ibu Malin.

"Ibu, apakah kau udah tahu, anakmu Malin saat ini udah jadi orang kaya," seru tetangga itu.

"Dari mana kau tahu itu? Selama ini saya tak pernah mendapat kabar darinya," ucap ibu Malin, terkejut.

"Sekarang pergilah ke dermaga. Anakmu Malin tersedia di sana. Dia terlihat terlampau tampan, dan istrinya terhitung terlampau rupawan," ucap tetangganya cerita dongeng sebelum tidur .

Ibu Malin tak percaya. Matanya berkaca-kaca. Sungguh, ia terlampau merindukan anaknya selama lebih dari satu tahun ini. Maka ia pun langsung berlari menuju dermaga. Benar saja, di sana terlihat Malin dengan istrinya yang terlampau rupawan.


"Malin, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?" katanya sambil memeluk Malin Kundang.


Malin yang menjadi malu mengakui ibunya yang berpakaian lusuh tersebut dan bergegas melepas pelukan ibunya.


"Apa benar orang tua ini adalah ibumu?" bertanya istri Malin, bingung.


"Dia bukan ibuku, dia pengemis yang mengaku-ngaku sebagai ibuku," jawab Malin.


Mendengar hal itu, ibunya terlampau sakit hati atas kelakuan Malin, hingga kelanjutannya ibu Malin mengutuknya jadi sebuah Batu. Yang mana batu tersebut saat ini tenar jadi sebuah cerita rakyat Malin Kundang.


Dari kisah Malin Kundang ini, mengajari anak untuk senantiasa menghormati dan berbakti kepada orang tua.


Beruang dan Lebah

Suatu hari, seekor beruang sedang menjelajahi hutan untuk melacak buah-buahan. Di sedang pencarian, ia mendapatkan pohon tumbang di mana terkandung sarang area lebah menaruh madu.


Beruang itu menjadi mengendus-endus dengan hati-hati di kira-kira pohon tumbang tersebut untuk melacak tahu apakah lebah-lebah sedang berada dalam sarang tersebut. Tepat pada sementara itu, sekumpulan kecil lebah terbang pulang dengan membawa banyak madu. Lebah-lebah yang pulang tersebut, tahu dapat maksud sang Beruang dan menjadi terbang mendekati sang Beruang, menyengatnya dengan tajam lantas lari bersembunyi ke dalam lubang batang pohon.


Seketika Beruang tersebut jadi terlampau marah, loncat ke atas batang yang tumbang tersebut dan dengan cakarnya menghancurkan sarang lebah. Tetapi hal ini jadi membuat semua kawanan lebah yg berada dalam sarang, terlihat dan menyerang sang Beruang.


Beruang yang malang itu kelanjutannya lari terbirit-birit dan cuma bisa menyelamatkan dirinya dengan langkah menyelam ke dalam air sungai.


Hal yang bisa dipelajari dari kisah beruang dan lebah ini adalah lebih bijaksana untuk mencegah diri ketimbang menambah persoalan karena melampiaskan emosi.


Angsa dan Telur Emas

Suatu hari, seorang petani membawa seekor angsa pulang ke rumahnya. Esoknya, angsa itu mengeluarkan telur emas.


"Angsa ajaib," kata petani. la langsung membawa telur emas itu ke pedagang emas di pasar untuk tahu apakah telur tersebut terlampau emas.


"Ini emas murni," kata pedagang emas. Pedagang tersebut membelinya dengan duit yang banyak. Sejak sementara itu, angsa tiap-tiap hari mengeluarkan telur emas. Kini, petani udah punya selusin telur emas. Namun, petani itu masih belum puas.


"Aku dapat kaya raya. Tapi, saya mengidamkan angsa mengeluarkan lebih banyak telur emas tiap-tiap hari sehingga saya cepat kaya," kata petani.


Setelah angsa mengeluarkan telur emas yang banyak dalam sehari, petani masih belum bahagia juga.


"Angsa itu mengeluarkan banyak telur emas. Aku tidak dapat menanti besok. Aku mengidamkan cepat kaya. Aku dapat menyembelih angsa itu dan mengambil semua emas dalam tubuhnya," pikir petani.


Petani itu kelanjutannya menyembelih angsa, tetapi betapa kagetnya dia. Alih-alih mendapatkan banyak telur emas, justru dia tidak mendapatkan satupun di dalam tubuh angsa.


Kini, petani cuma bisa menyesal. Karena serakah, dia udah menyembelih angsa. Andai saja tidak menyembelih angsa itu, pasti masih bisa mendapatkan telur emas. Itulah akibat dari keserakahan.


Cerita ini mengajari anak untuk tidak jadi orang yang serakah, Bunda. Untuk mencapai kesuksesan, dibutuhkan kerja keras dan kesabaran. Orang yang serakah dan tidak sabar cuma dapat mendapat kerugian. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wisata Pantai Slili Gunung Kidul Jogja: Posisi, Rute, serta Harga Tiket

Memahami Teknologi dan Alat Canggih di Balik Pabrikasi Cleanroom

Bahaya dan Pengendalian Risiko di Tempat Kerja Welding